Thursday, April 26, 2012

April 24th


Tanggal 24 April, nampaknya menandai perubahan - perubahan keramat dalam hidup saya.
24 April 2001, kucing kesayangan saya meninggal keracunan. Tepat sebelum try out ujian Saya menangis sejadi-jadinya, 3 hari 3 malam !!
24 April 2010, saya membuka thread Klinik Hati di Kaskus, yang kemudian merubah banyak hal dalam hidup saya, mulai dari paradigma berpikir, kematangan pribadi, sampai kepada mengenal orang-orang luar biasa yang kemudian saya anggap keluarga sendiri

dan sekarang...
24 April 2012, hari dimana saya kehilangan anak pertama, ketika belum lagi genap 3 bulan ia saya kandung. Menangiskah saya ? Janganlah ditanya. Yang namanya buah hati, ketika ia pergi, seperti sebagian jiwa ikut melayang.

Biarlah saya dikatakan lebay dan alay karena mencurahkan tentang si kecil di blog ini..Toh, bukankah itu fungsi sejati sebuah blog, jadi tempat curhatan hati penulisnya? Tapi lebih daripada itu, tujuan  menuliskan tentang si kecil karena saya tidak ingin melupakan bagaimana Tuhan mencintai saya lewat si kecil ini.

Si kecil datang justru disaat saya sedang hectic, sibuk tingkat dewa !! Tepat tujuh bulan setelah saya menikah. Bulan Februari 2012, saya baru saja pulang dari berkeliling pulau Jawa (Jogja, Klaten, Pacitan, Blitar, Nganjuk dan Surabaya), baru diserahi tambahan tanggung jawab di kantor yang mengharuskan bolak-balik kesana kemari, dan ditambah dengan jadwal padat mengajar les anak-anak yang akan ujian UAN dan akhir semester. Padahal, di awal menikah, selama 4 bulan saya berhenti mengajar, pergi kerja naik mobil, dan tidak punya tugas tambahan apapun di kantor, singkatnya SANGAT SANTAI. Tapi toh, saya tak kunjung hamil. Akhirnya, saya menyerah dan balik ke kesibukan biasa

Pertengahan Februari hingga ke awal Maret 2012, saya sering mengeluhkan payudara saya yang sakit dan membengkak, serta pinggul yang ngilu. Awal Maret, saya berbincang-bincang dengan teman kantor perihal keluhan saya itu, dan beliau mengatakan, saat hamil dulu, itulah gejalanya. Ah, masa sih saya hamil ? Memang sih, saya sudah telat haid 10 hari, tapi itu biasa. Karena diawal menikah saya sering telat haid, bahkan hingga 20 hari. Tapi, dengan setengah coba-coba, setengah berharap, saya beli lah test pack, seharga Rp. 3.000,-. Saya pilih test pack yang murahan, karena saat tes yg dulu, beli yang mahal malah negatif.

Di shubuh hari, Jum'at tanggal 9 Maret 2012, saya test. Baru 2 detik test pack itu saya celup ke urine, strip 2 langsung muncul, kaget banget !! Alhamdulillah, ucap syukur saya dalam hati. Selesai sholat shubuh, barulah saya berikan hasil test itu pada suami. Reaksi dia pertama kali, " Ini apaan?" Ya Allah... udah kerja malah melintang di dunia farmasi dan kimia, masa selembar test pack aja dia tidak tahu. Duh !!

Setelah melihat saya yang merengut, barulah dia paham. Oooo.. he's going to be a father, soon ! Untuk ukuran sifat dia yang biasanya heboh dan alay, reaksi dia menerima berita ini, biasa saya. Cuma memeluk dan bilang alhamdulillah. That's it. Saya bingung. Tapi, di kemudian hari barulah dia menjelaskan alasannya

Besoknya, kami langsung periksa ke klinik, dan hasilnya positif. Dimulailah kehebohan dan larangan ini itu buat saya. Seru juga rasanya. Hari selasa di minggu depannya, kami mengantar mertua pulang kampung, dan sepulangnya dari sana, saya langsung keluar flek-flek coklat. Agak khawatir, karena setelah googling di internet, ternyata ibu hamil yang mengalami flek coklat 50% beresiko keguguran. Malamnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, saya ke dokter obgyn. Dan kata2 dokter itupun sama persis yang dikatakan artikel yg kami baca. Untungnya, masih bisa selamat, dan diberikan obat penguat. Usia kandungan saat itu 6 minggu. Kami diminta datang 2 minggu lagi. Dan di minggu ke-8, kami datang, dan bayi kami sehat.

Tapi, di minggu ke-9, di hari minggu, saya mengalami pendarahan, warnanya merah segar. Saya histeris. Jam 4 sore, ketika itu. Setelah minum 2 butir obat penguat, saya tidur, dan beberapa jam kemudian ke RS utk diperiksa, dan langsung disuruh rawat inap.Besoknya, saya di USG, dan bayi saya sehat, dan boleh pulang.

Saya menjalani hari-hari kehamilan seperti biasa. Tapi masuk minggu ke-10, payudara saya sudah tidak sakit lagi, perut tidak terasa kencang, nafsu makan hilang, dan mual-mualnya menghilang. Saya anggap itu biasa saya.

Dan kemudian, mimpi buruk itupun datang ...

Diakhir minggu ke-11, hari sabtu, ada flek darah. Tidak banyak, hanya netes. Malamnya konsultasi ke dokter obgyn, dan hasilnya, "Bayi ibu sudah meninggal. Tidak berkembanga dan tidak ada denyut jantungnya. Harus dikuret !".. DUARR...seperti petir menyambar rasanya. Tak terlukiskan bagaimana rasanya. Separuh jiwa rasanya menguap ke udara. Ditambah dengan penjelasan dokter obgyn nya yang datar tanpa ekspresi dan empati pada kehilangan kami.

Di perjalanan pulang, saya menangis sejadi-jadinya. Suami hanya diam kaku, tak berani ikut menangis, karena dia takut saya akan tambah terpukul. Hubby, you're so damn wonderful !! Keluarga dan juga suami membesarkan hati, dan menyarankan utk cari second opinion.

Hari Selasa, 24 April 2012, pendarahan saya semakin banyak, sampai harus pakai pembalut (padahal sebelumnya tidak). Tapi tidak pernah sekalipun saya merasa kesakitan, bahkan sejak awal pendarahan yang lalu. Kami datang ke RS dengan separuh harapan yang tersisa. Dan hasilnya pun tetap sama, kami sudah kehilangan bayi kami. Hari itu juga, saya harus masuk RS dan dikuret. Kata dokter, bayi kami dimakan virus. What ? Virus ? It was beyond our imagination.

Dokter mengatakan, saya akan diberi obat perangsang intravaginal, supaya saya mengalami kontraksi hebat, dan janinnya bisa keluar utuh. Kata orang-orang, itu sakitnya luar biasa, melebihi orang yang akan melahirkan. Saya dijadwalkan diberi obat itu jam 2 siang.

Tepat jam 13.45, saya mengalami kontraksi hebat, sakit sekali. Sampai-sampai suster yang akan memasukkan obat yg dijadwalkan, diminta suami saya kembali lagi nanti. Dan tepat jam 2, janin saya keluar sendiri, dan setelah itu rasa sakitnya hilang tak berbekas.

Ah, junior sayang...sebegitu cintanya dia pada ibunya, hingga tidak ingin ibunya menderita mengalami kontraksi dengan obat dan memilih keluar sendiri. Tuhan Maha Baik, menitipkan anak yg demikian luar biasanya. Dia anak yang baik sekali. Tak pernah sekalipun, selama mengandung dia saya merasakan sakit dan mual seperti umumnya ibu hamil. Meski saya kerja berat, pulang pergi antar kota, dia tidak pernah bertingkah.You're such a good baby, honey.. *big hugs

Pun, ketika saya selesai dikuret, saya tidak mengalami rasa nyeri seperti umumnya ibu-ibu pasca kuret. Alhamdulillah wa syukurillah.. Allah sayang pada kami..

Suami sayapun kemudian berkata,"Inilah kenapa saat tahu hamil yg lalu, mas tidak terlalu bahagia. Agar ketika terjadi hal buruk seperti ini, tidak terlalu sedih."

Kami semua sayang pada si kecil, tapi ternyata Allah lebih sayang. Sungguh sulitnya untuk ikhlas dan sabar itu. Tapi mungkin karena itulah, ikhlas dan sabar jadi kunci syurga.

Kami tak bisa memiliki si kecil di dunia, tapi sungguh...kami percaya, dia akan menjadi penolong kami kelak di akhirat. Insya Allah...

We love you sooo..
Mom really love you, honey. Be a good kid there, arent you? Thank you for being a such lovely baby.


0 comments:

Post a Comment